Budiman Mustofa, Lc., M.P.I – Ketua Majelis Rindu
Rasul – Solo
Dikisahkan, ada seorang gadis belia yang baru saja
melangsungkan pernikahan. Ia tinggal dengan suaminya yang tercinta di sebuah
kampung. Mereka begitu senang dan bahagia. Kesyukuran mereka yang membuncah
karena mereka telah bertahun-tahun mampu bertahan puasa dari berbuat maksiat.
Sebelum menikah, ia adalah gadis yang sangat rajin
bangun Shubuh. Tidak penah terlewatkan barang sehari pun shalat Shubuh selama
itu. Jarak beberapa hari dari pernikahannya, ia membangunkan suaminya tercinta
dengan lemah lembut. Saat dibangunkan, suaminya memang tidak langsung
terbangun. Karena suaminya agak kesulitan bangun Shubuh, maka ia pun akhirnya
terlambat mendapatkan jamaah Shubuh di masjidnya. Suaminya sudah tertinggal
kloter jamaah pertama. Sehingga ia terpaksa bergabung dengan jamaah kloter yang
kedua.
Dan sangat mengejutkannya adalah ketika selesai
shalat, Sang Imam Masjid dengan serta merta menghampirinya. Dan bertanya,
“Apakah benar bahwa Anda adalah suami Fulanah?” Dalam hati dan pikirannya
berkecamuk seribu pertanyaan, “Apa urusannya sang imam ini dengan istriku?
Mengapa ia melemparkan pertanyaan yang aneh ini?” Karena begitu shock ia ditanya tentang istrinya, maka
ia balik bertanya, “Apa urusannya Anda bertanya tentang dia?” Kemudian Sang
Imam tadi menjawab, “Sungguh semalam aku telah bermimpi bahwa semua laki-laki
yang ikut berjamaah Shubuh pada kloter pertama, semuanya masuk surga. Namun aneh,
hanya ada satu wanita yang membersamai kami.”
Kemudian, saya pun (kata sang imam) bertanya, “Siapa
satu wanita yang bersama kalian itu?” Maka mereka menjawab, “Ooh…itu Si
Fulanah, istri si Fulan.” Dalam hati, laki-laki yang dihampiri sang imam itu
berujar, “Ia adalah istriku.” Maka, begitu ia mendengar cerita dari sang Imam,
ia langsung bergegas pulang ke rumah untuk menemui istrinya untuk menyampaikan
kabar gembira itu. Dan sungguh, semua adalah skenario Alloh. Alloh Maha Bijak. Alloh
Maha Berkehendak. Begitu ia masuk rumah, ia mendapati istrinya dalam keadaan
sujud. Ruhnya yang suci telah dipanggil Alloh Yang Maha Kuasa dalam keadaan
menyembah-Nya. Jiwanya yang mulia telah ditempatkan di sisi Alloh Yang Maha
Agung. Ia sudah tidak lagi bernyawa. Alloohu Akbar. Innaa Lillaahi wainnaa
ilaihi raaji’uun.
Sang suami itu
pun bercucuran air mata. Gadis yang telah menjadi istrinya dan baru mendampingi
hidupnya beberapa hari sudah dipanggil oleh Alloh Yang Maha Kasih dan Sayang. Semua
diluar dugaannya. Semua diluar agenda hidupnya. Tidur nyenyak yang ia rasakan
semalam, seakan pertanda bahwa ia akan berpisah dari wanita idamannya.
Saudaraku yang dirahmati Alloh…berapa banyak dari kita
yang mengira bahwa istirahat yang paling nikmat adalah tidur. Sehingga banyak
dari saudara kita yang begitu terlelap dalam tidurnya di malam hari hingga adzan
Shubuh pun tidak terdengar. Kita begitu perhatian dengan hak jasad kita untuk
istirahat. Namun, mengapa kita tidak juga perhatian dengan hak ruh kita untuk bersandar
dan berteduh di bawah keagungan Alloh swt dalam shalat kita?
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menasehati kita dalam
sebuah tulisannya, “Engkau sekali-kali tidak akan mendapatkan satupun manusia
di dunia ini yang lebih dirindukan daripada Zat Alloh…Demi Alloh, seandainya
seorang yang sujud itu tahu akan dahsyatnya curahan rahmat Alloh ketika sujud,
maka ia tidak akan mengangkat kepalanya dari sujud.” Marilah kita serentak
berdoa agar dikaruniai kenikmatan saat sujud seperti gadis yang mulia tadi, Rabbij’alnii
muqiimassholaati wamindzurriyyati… “Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan
anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami,
perkenankanlah doaku.” (Ibrahim:
40)
About the Author
0 komentar: