Minggu, 07 Juni 2015

Habis Gelap, Terbitlah Terang

Posted by Unknown  |  at  08.15

Budiman Mustofa, Lc., M.P.I
Rubrik Taklim Jawa Pos Radar Solo, Jumat 24 April 2015

Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (al-Baqarah: 257)

Jika pembaca ingat ungkapan ini, pasti ingat RA Kartini. Memori kita akan diputar kembali pada setting sejarah tahun 1879 M, saat RA Kartini lahir. Sebagian orang menyebutnya sebagai pejuang emansipasi wanita. Namun, jika kita telusuri dan renungi jejak sejarah, maka beliau sebenarnya lebih dikenang sebagai pejuang pendidikan. Beliau sangat gigih dalam belajar. Sebab beliu yakin bahwa dengan ilmu pengetahuan yang diserap lewat belajar maka manusia akan meraih kemajuan dan mendapatkan martabat serta harga diri. Rasa ingin tahu beliau yang begitu besar memicu beliau untuk selalu siap menimba ilmu, tanpa rasa malu. Termasuk keinginan tahunya yang begitu deras tentang agama Islam.

Ia seperti tersiksa dalam penjara ‘kebodohan’. Ia betul-betul tidak tahu apa yang harus ia gambarkan tentang Islam. Sebab, di masanya terlalu sulit untuk sekedar berdiskusi tentang Islam. Ada semecam tembok pemisah yang sangat tebal, antara Islam dengan pemeluknya. Apa gerangan sebabnya? Apakah karena Islam begitu lengkap aturan hidupnya, sehingga akan membawa perubahan yang begitu cepat bagi negri yang sedang dalam kungkungan penjajah? Atau karena memang Islam sendiri sulit untuk dimengerti?

Kegelisahan inilah yang membuat Kartini muda selalu bertanya-tanya. Simaklah bagaimana curahan kegelisahannya dalam cuplikan beberapa penggal isi suratnya. “Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya? Al-Quran itu terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim.

Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Al-Quran tapi tidak memahami apa yang dibaca. Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?, ” tulis Kartini dalam sebuah suratnya kepada Stella Zeehandelaar, sahabat Kartini dari negeri Holland Belanda.

Diceritakan bahwa suatu waktu ada acara pengajian di rumah pamannya, Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat. Seorang kiyai yang menyampaikan ceramah adalah Kiyai Sholeh Darat. Bagi Kartini Kiyai ini paling unik dibandingkan yang lainnya. Ceramahnya sangat menarik menurutnya. Sebab, ceramahnya menyibak semua kegelapan yang selama ini menutupi akal pikiran, hati dan jiwanya. Sang Kiyai menerjemahkan semua makna yang ada dalam surat Al-Fatihah berikut kandungannya. Kartini sangat senang dan sangat terkesima dengan penjelasan Sang Kiyai. Sebab, selama ini hampir semua ulama melarang penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Konon, pertemuan ini lah yang akhirnya mendorong Kiyai Sholeh Darat menerjemahkan 13 Juz Al-Quran dan diberikan sebagai kado pernikahan RA Kartini.

Kado itulah yang merubah RA Kartini menjadi manusia baru. Dari detik ke detik ia selalu mengkaji kado yang sangat istimewa itu. Kado ini lah yang menjadi manusia baru yang tercerahkan dengan hidayah Allah dari tujuh petala langit yang turun lewan nabi Muhammad saw., kemudian sampai ke tangan para ulama. Tanpa jiwa keikhlasan para ulama, maka kegelapan hati, pikiran dan jiwa tidak akan tersibak. Manusia akan tetap dalam kebodohan. Manusia akan tetap terkungkung dalam tirani kezaliman. Manusia akan tetap hidup di bawah baying-bayang penjajah. Manusia akan tetap dalam kemunduran. Tidak akan ada kemajuan yang berarti, yang mampu mengangkat harkat dan martabat diri, umat dan bangsa. Sungguh, hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah suatu nikmat, yang tidak akan bisa dinikmati kecuali oleh mereka yang merasakannya.    

     

Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Majelis Rindu Rasul

Majelis Rindu Rasul
Majelis Rindu Rasul
majelisrindurasul. Diberdayakan oleh Blogger.
back to top