Minggu, 07 Juni 2015

Manusia sebagai Manusia, Bukan Jin atau Malaikat

Posted by Unknown  |  at  08.16

Budiman Mustofa, Lc., M.P.I
(Ketua Majelis Rindu Rasul – Solo)
Jawa Pos Radar Solo, Rubrik Taklim – Jumat, 1 Mei 2015


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya..” (at-Tahrim: 6)

Saudaraku yang dirahmati Allah…
Manusia dalam Al-Qur’an disebut dengan dua kata yang berbeda. Cobalah Anda telaah kembali Al-Qur’an, niscaya akan Anda buktikan apa yang saya sampaikan tadi. Terkadang Al-Qur’an menyebut manusia sebagai ‘basyarun’. Dan pada waktu yang lain menyebutnya sebagai ‘insun’. Yang keduanya diartikan ‘manusia’.

Jika kita coba memahami alasan mengapa Al-Qur’an menggunakan kata yang berbeda untuk satu makna, maka akan kita dapatkan kesimpulan yang penuh hikmah. Kata ‘basyarun’ yang disebut sebanyak kurang lebih 35 kali dalam Al-Qur’an, mengisyaratkan makna bahwa manusia adalah makhluk biologis yang makan, minum, tidur dan lainnya.

Sedangkan kata ‘insun’ yang disebut sebanyak 240 kali dalam Al-Qur’an, secara umum mengisyaratkan makna manusia sebagai keturunan Adam as. Juga menunjukkan posisi manusia sebagai makhluk yang berlawanan dengan Jin. Yang satu membawa misi kebaikan dan yang satu membawa misi keburukan. Selain itu kata ‘insun’ juga seringkali menunjukkan tugas dan amanah manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Sedangkan malaikat, sangat jelas dari ayat di atas. Mereka adalah makhluk spesial yang mempunyai tugas spesial dari Allah. Mereka tidak akan pernah berbuat maksiat dan selalu melaksanakan segala perintah Allah swt.

Dan yang menjadikan keistimewaan manusia adalah diberinya kebebasan oleh Allah swt untuk menentukan jalan kebaikan dan keburukan. Sebab, Allah telah membekali manusia dengan penglihatan, pendengaran, hati dan akal pikiran. Allah swt berfirman:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (as-Syams: 8)

Maka, jika kita sebagai manusia mencintai makanan, minuman dan kesenangan dunia lainnya, maka wajarlah. Namun, jika kita berlebihan dalam mencintai dan memanfaatkannya, maka berarti sudah terjebak jalan keburukan dan kejahatan yang dipropagandakan oleh bangsa Jin. Dan jika kita bertaubat, maka Allah akan membukakan kita pintu taubat untuk kembali suci sebagaimana malaikat yang bersih dari dosa dan kesalahan.

Sadarilah bahwa kita ini sekelompok manusia, yang sangat mungkin berbuat salah. Kita ini bukan kumpulan jin yang salah terus dan jahat terus. Juga bukan kumpulan malaikat, yang selalu suci dan bersih dari dosa. Apa yang kita lakukan di dunia ini semua atas dasar ikhtiar kita untuk menjadi hamba Allah yang terbaik. Jangan ada kata putus asa karena pernah berbuat salah atau dosa. Dan jangan pula hidup mengisolasi diri, dengan dalih ingin menjaga kesucian. Jalanilah hidup sewajarnya sebagai manusia, sebagai makhluk sosial, sebagai hamba Allah swt yang berjuang terus mempertahankan mahkota kebaikan, di tengah dahsyatnya arus kejelekan.

Maka, wajarlah jika manusia ada yang ‘jatuh’, asal setelah bangun ia kembali ke jalan yang benar. Kita dilarang memaki-maki orang yang terjatuh dalam kesalahan, seakan ia tidak akan kembali ke jalan yang benar. Sebab, makian kita menjadi celah bagi syetan untuk semakin memperburuk keadaan. Orang yang terjatuh dalam jurang kesalahan, kemudian ia menemukan jalan kembali, ia lebih mulia daripada orang yang menyombongkan diri dalam ‘kesucian’. Dan,  karena ‘perjuangan’ dahsyat inilah, kita mempunyai makna dan nilai spesial di sisi Allah swt.


Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Majelis Rindu Rasul

Majelis Rindu Rasul
Majelis Rindu Rasul
majelisrindurasul. Diberdayakan oleh Blogger.
back to top