Minggu, 07 Juni 2015

Membuncahnya Tangis Kesedihan -2

Posted by Unknown  |  at  08.00

Budiman Mustofa, Lc., M.P.I
(Ketua Majelis Rindu Rasul – Solo – Pembimbing Umroh Hannien Umroh Solo Paragon Mall)

Pada tulisan yang lalu penulis sudah menggambarkan bagaimana sebuah kegembiraan bisa diungkapkan dengan sebuah tangisan. Pembaca tentunya sudah terbiasa menyaksikan kalau orang sedih itu menangis. Bahkan terlalu sering kita saksikan di sekeliling kita. Ya, mereka sedih. Namun, kita pun tidak tahu sedalam apa kesedihan yang menyelimuti perasaan mereka.

Tangis kesedihan, ia lebih merupakan ekspresi sebuah kesedihan yang dialami seseorang  atas musibah, atas kegagalan, kekecewaan dan semua bentuk ketidaknyamanan yang sangat mengganggu dalam rentang kehidupan seseorang. Seseorang biasanya akan menangis, ketika ia tidak lagi berdaya mengatasinya. Air mata kesedihan tidak akan bisa terbendung lagi. Ia akan tumpah bersamaan ketika rasa sedih itu menyapa.

Siapapun tidak bisa menyalahkan ketika seseorang menangis kerena sedih. Sebab, tangisan ini merupakan bahasa ekpresif kesedihan. Ia akan meledak ketika kesedihan itu betul-betul membuncah dan tidak bisa dibendung lagi.

Siapa yang tidak sedih jika anaknya yang tercinta, yang telah sekian tahun lamanya hidup bersama, secara mengejutkan terkena musibah, dan akhirnya dipanggil oleh Allah swt.? Siapa yang tidak sedih jika istri atau suami tercinta, yang begitu setia menemani dan melayani kita, ia pergi untuk selamanya? Siapa yang tidak sedih ketika cinta kesetiaan dibalas dengan sebuah pengkhianatan yang menyakitkan? Siapa yang tidak sedih ketika harta yang kita miliki, hasil keringat dan kerja keras kita, yang kita kumpulkan sekian tahun lamanya dengan penuh kesungguhan dan kejujuran, demi masa depan, hilang ludes tanpa tersisa sedikit pun? Siapa yang tidak sedih ketika mendapati dirinya yang sudah sekian puluh tahun lamanya bersabar menunggu datangnya seorang pendamping hidup, namun tidak juga kunjung datang? Siapa yang tidak sedih menyaksikan semua anggota keluarganya menjadi korban dalam sebuah kecelakaan maut, tidak ada satu pun yang hidup?

Maka, menangislah. Tidak ada satu pun yang berhak melarang seseorang menangis. Hanya saja, janganlah menangis secara berlebihan sehingga melawan qadha dan takdir Allah, lupa bahwa yang menentukan segalanya adalah Allah swt.

Diceritakan dalam sebuah hadis yang artinya bahwa Rasulullah saw suatu ketika melewati sebuah kuburan. Beliau melihat seorang wanita yang sedang menangis di samping kuburan tersebut. Kemudian Rasulullah mengatakan kepada wanita tersebut, “Wahai Fulanah, sudahlah bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Maka wanita tersebut menjawab dengan nada marah, “Sudah, pergi sana kamu. Kamu tidak mengalami musibah seperti penulis. ” Wanita itu memang tidak tahu jika yang menyapanya tadi adalah Rasulullah saw. Maka ada salah seorang sahabat yang memberitahu si wanita tadi. Wanita tersebut betul-betul kaget, tidak sengaja ternyata ketika larut dalam kesedihan ia telah memarahi Rasulullah dan meremehkannya. Maka ia berusaha mencari Rasulullah. Dan didapatinya beliau di rumah. Kemudian ia memohon maaf atas perilakunya, karena ia betul-betul tidak tahu bahwa yang menasehatinya adalah Rasulullah. Maka Rasulullah berpesan, yang artinya, “Sesungguhnya sabar itu pada hentakan pertama musibah.” (HR Bukhari)

Untuk mengendalikan kesedihan pada hentakan pertama ketika musibah datang sangatlah sulit. Perlu latihan istrja’ (mengembalikan urusan pada Allah dengan penuh ikhlas, selain mengucap Inna Lillah). Itu bukan berarti dilarang bersedih dan dilarang menangis. Tapi, hendaklah kita ingat bahwa Allah Yang Maha Berkehendak atas segalanya. Yang berpangkat jadi jelata. Yang jelata jadi bertahta. Yang kaya jadi miskin. Yang miskin jadi kaya. Yang siang diganti malam. Yang malam diganti siang. Hari ini akan ditukar dengan esok hari. Semua dipergulirkan oleh Allah. Hanya sabar dan solat yang menjadi bekal utama.


Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Majelis Rindu Rasul

Majelis Rindu Rasul
Majelis Rindu Rasul
majelisrindurasul. Diberdayakan oleh Blogger.
back to top