Minggu, 07 Juni 2015

Tumpahnya Tangis kegembiraan - 1

Posted by Unknown  |  at  07.58

Budiman Mustofa, Lc., M.P.I
(Ketua Majelis Rindu Rasul – Solo)

Penulis masih ingat, masa-masa sulit saat itu. Hidup di perantauan. Nun jauh di negri orang. Di negri sebuah benua, di ujung dunia. Benua Afrika. Benua yang dianggap semua orang sebagai benua gersang. Padang pasir luas terbentang. Jika tiba musim panas, maka terik matahari begitu menyengat. Jika datang musim dingin, maka udara dingin begitu kuat menembus kulit. 

Delapan tahun lebih berpisah dari keluarga. Untuk sebuah tugas mulia. Belajar agama. Delapan tahun pula tidak pernah bersua dengan keluarga. Semua karena keterbatasan biaya. Bahkan di awal-awal perantauan, hidup pun dengan seadanya. Hingga sampai beberapa bulan lamanya tidak bisa hidup layak umumnya orang. Makan dan minum seadanya. Dengan roti kering dan sekedar air putih yang dicampur garam sebagai bumbunya. Orang tua pun tidak mampu untuk berbagi sebagian dari hartanya. Sebab, mereka juga hidup dengan keterbatasan.

Delapan tahun tidak bersua…?!

Ya…ia bukanlah waktu yang sebentar. Jelas, kerinduan begitu kuat menyandera hati dan perasaan ini. Namun, apa daya dan upaya. Di negri orang itu tidak ada kebolehan untuk bekerja untuk sekedar mengumpulkan harta. Yang ada hanya belajar dan belajar. Ditambah lagi, iri hati ini ketika menyaksikan begitu mudahnya sahabat-sahabat penulis yang hidup penuh kecukupan, hilir mudik, bolak-balik kembali ke negri asalnya. Tanpa ada kesulitan apapun yang mereka alami. 

Maka, ketika datang rasa rindu yang menghampiri, tidak ada kekuatan apapun yang bisa dilakukan. Seakan kami berpisah dan terasing di negri orang untuk selamanya.  Entah sampai kapan. Hingga selesai kuliah pun kami tidak ada gambaran bagaimana cara pulang ke negri sendiri. Sampai kami pun berdoa;

“Ya Allah… jika Engkau tidak sempat mengumpulkan kami   
Dengan keluarga kami yang kami cintai di duniaMaka, temukanlah kami dengan mereka nanti di akhirat, di surga-Mu.Dengarkanlah keluhan kami ya Allah. Dari hamba-Mu yang lemah. Tidak ada  daya dan upaya kecuali dari-Mu.”

Itulah untaian doa yang penulis lantunkan dengan penuh kepasrahan. Masa-masa penantian itu pun tetap penulis tunggu. Hari demi hari dan bulan demi bulan. Bahkan tahun pun telah berganti. Hingga akhirnya penulis mendapatkan anugerah yang penulis anggap luar biasa. Ibarat oase di tengah padang pasir. Ketika penulis sedang begitu haus dan dahaga, tibalah seseorang yang menawari minum. Hingga hilanglah kedahagaan yang menyiksa itu.

Ada seorang shalih yang ingin mendengarkan lantunan ayat Al-Quran dari lisan ini. Seingat penulis saat itu beliau ingin mendengar dari penulis bacaan surat al-Jin, Nuh, al-Insan dan ad-Dukhan. Maka, dengan senang hati penulis hafalkan surat-surat tersebut.

Subhaanallaah… ketika penulis berhasil menyelesaikan hafalan surat-surat tersebut beliau menyodorkan puluhan lembar uang. Beliau berpesan bahwa uang tersebut insya Allah cukup untuk membeli tiket pesawat dan oleh-oleh pulang ke Indonesia. “Gunakanlah uang itu. Semoga Allah memberkahi-Mu,” pesan beliau.

Betapa gembiranya hati ini. Kerinduan yang menggebu itu telah terobati. Telah hadir rahmat Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka. Hingga tidak terasa air mata ini menetes deras, bercucuran. Tubuh ini langsung tersungkur, sujud di hadapan-Nya. Penulis peluk orang shalih tadi dengan erat. Penulis ucapkan terimakasih. Dan beliau hanya menjawab, “Terimakasihlah kepada Allah.” Beliau adalah seorang syekh. Ya, penulis masih ingat namanya adalah Syekh Jabir as-Syarif. Saat itulah ada satu ayat penting yang penulis ingat, "Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (an-Naml: 40)

Saudaraku, itulah sekilas tangis kegembiraan. Yang diungkapkan karena merasa sangat senang dan gembira mendapatkan sesuatu yang telah lama diharapkan hadir. Air mata kegembiraan adalah air mata kesejukan. Ia menyirami kalbu dan jiwa yang telah lama dalam kehausan dan dahaga menunggu rahmat dari Rabbnya.


Dalam perjalanan hidup Anda, mungkin Anda pernah mengalami hal yang serupa. Sebuah kegembiraan yang luar biasa yang membuat Anda menangis. Bahkan Anda pun tidak merasa malu melakukannya bukan? ***

Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Majelis Rindu Rasul

Majelis Rindu Rasul
Majelis Rindu Rasul
majelisrindurasul. Diberdayakan oleh Blogger.
back to top