Minggu, 07 Juni 2015

Tetangga, Investasi Kita ke Surga

Posted by Unknown  |  at  08.11

Budiman Mustofa, Lc., M.P.I
(Ketu Majelis Rindu Rasul – Solo)

“Jibril terus menerus berpesan kepadaku mengenai tetangga, sehingga aku mengira bahwa ia akan memberikan hak waris kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Siapa diantara kita yang mampu hidup tanpa teman? Siapa diantara kita yang siap hidup menyendiri tanpa tetangga? Siapa diantara kita yang siap hidup terpisah dari komunitas lain? Siapa diantara kita yang tidak membutuhkan pertolongan orang lain? Setiap kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain? Sebab, semua makhluk ciptaan Allah telah dijadikan berpasang-pasangan dan berjamaah.

Dengan hidup berjamaah, maka masing-masing kita akan saling menopang apa yang kurang dari saudaranya. Begitu juga kehidupan bertetangga. Kehadiran tetangga sangatlah berarti bagi kita. Siapakah Tetangga Itu? Pertanyaan tersebut mengundang pertanyaan penting lainnya, apakah semua orang yang tinggal di sekeliling kita bisa disebut tetangga? Apakah tetangga itu dibatasi oleh keyakinan, bagaimana jika orang yang tinggal di sekeliling kita berbeda keyakinan dengan kita? Bagaimana posisi tetangga kita yang muslim? Apakah hak tetangga semua disamakan, baik muslim atau non-muslim? Ibnu Hajar al-Asqalani dalam ‘Fathul Bari’ menyatakan bahwa, "Penyebutan (istilah) tetangga mencakup (tetangga) yang muslim maupun yang kafir, yang ahli ibadah ataupun yang fasik, teman ataupun musuh, yang senegara ataupun dari negera lain, yang bisa memberikan manfaat ataupun yang akan membahayakan, yang masih kerabat ataupun bukan saudara, yang dekat rumahnya ataupun yang jauh. Tetangga memiliki (perbedaan derajat) tingkatan antara satu dengan lainnya. Tetangga yang memiliki derajat tertinggi adalah yang terhimpun padanya seluruh sifat-sifat istimewa, kemudian (tingkatan selanjutnya) adalah yang banyak memiliki sifat-sifat luhur, dan (tingkatan yang terakhir) adalah yang paling sedikit sifat-sifat baiknya”.

Kemudian beliau menyebutkan bahwa tetangga itu ada tiga macam, tetangga yang memiliki satu hak yaitu tetangga non muslim, lalu tetangga yang memiliki dua hak yaitu tetangga muslim, dan tetangga yang memiliki tiga hak yaitu tetangga muslim serta masih kerabat. Hadis di atas sangat jelas mengisyaratkan kepada kita agar kita memberikan perhatian yang lebih kepada tetangga. Kita sangat dianjurkan agar memperhatikan hak-hak mereka, bersikap baik terhadap mereka dan mengulurkan bantuan yang mereka perlukan. Mereka ibarat pagar rumah kita. Mereka lah yang menjaga rumah kita, melindungi kehormatan dan kemuliaan kita.

Pager mangkok luwih kuat tinimbang pager tembok. Pagar mangkok, lebih kuat daripada pagartembok. Artinya berbuat baik kepada tetangga, seperti memberikan semangkok makanan atau sayur, itu lebih kuat pengaruhnya daripada pagar tembok. Ya…..benar. Jika kita sudah mampu mengambil hati mereka, maka mereka pun akan siap mengulurkan bantuan apapun yang kita butuhkan. Bahkan disaat kita tidak berada di tempat tinggal kita. Itulah mengapa Rasulullah sangat perhatian terhadap tetangga, sebagai miniature masyarakat yang terkecil. Jika hidup bertetangga, kita jalani dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan baik. Sebab, tidak akan terbentuk sebuah masyarakat kecuali terbentuk dari sebuah keluarga.

Oleh sebab itulah mengapa Rasulullah saw berpesan kepada kita agar menjaga hubungan baik dengan tetangga. Dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw pernah bertutur kepadanya, yang artinya, “Sungguh orang yang diberi karunia sikap lemah lembut, maka ia telah diberikan anugerah dari kebaikan dunia dan akherat. Dan silaturahim, berakhlak serta bertetangga yang baik, keduanya akan bisa membuat rumah makmur dan menambah panjang umur.” (HR. Ahmad)

Pesan Rasulullah di atas jelas akan membawa dampak keberuntungan dunia dan akhirat. Kebaikan yang disebut Rasulullah saw adalah ‘kebaikan’ dalam arti global (umum). Baik menyangkut personal atau masyarakat umum. ‘Sumber Kebaikan’ yang termasuk ditekankan oleh Rasulullah adalah berbuat baik kepada tetangga. Berbuat baik kepada tetangga akan mengundang kemakmuran dunia dan kemakmuran akhirat

Cobalah kita agendakan dari hari-hari yang kita lewati untuk mengumpulkan investasi kebaikan kita kepada tetangga kita. Mulailah di setiap pagi kita untuk bertanya kebaikan apa yang akan kita berikan kepada tetangga? Lanjutkan pula di siang dan sore hari benih-benih kebaikan itu. Bahkan, jangan berhenti berbuat baik kepada tetangga sekalipun matahari sudah mulai beranjak ke tempat peraduannya. Berbuat baik kepada tetangga dijadikan sebagai parameter keimanan seseorang. Seseorang akan terukur kualitas keimanannya ketika tetangganya mampu merasakan kebaikannya.

Semakin kuat keimanan seseorang, maka akan semakin baik kepada tetangganya. Marilah sunnah yang sederhana ini kita biasakan untuk kita lakukan setiap hari. Kita tidak perlu memikirkan besar kecilnya kebaikan yang kita lakukan pada tetangga kita. Kita lakukan semata untuk menjalankan perintah Rasulullah saw dalam hidup bertetangga. Dengan menjalankan perintah beliau, kita akan mendapatkan keberuntungan yang tiada tara, baik di dunia maupun di akhirat.

Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Majelis Rindu Rasul

Majelis Rindu Rasul
Majelis Rindu Rasul
majelisrindurasul. Diberdayakan oleh Blogger.
back to top